Prediksi yang paling spektakuler 5 tahun mendatang.
Ingat situs jejaring social Friendster? Hi5? Atau my space? Mungkin sekitar tahun 2003-an, (atau sekitar jaman saya smp-sma) hihi.. mungkin situs itu terkenal banget. Semua orang punya FS. Sibuk ber-testimonial, upload foto, dan yang paling seru, gonta – ganti background dan layout FS.
Namun suatu tren memanglah ada tanggal expirednya, sekitar tahun 2007-2008 muncullah situs jejaring social baru yaitu Facebook. Memang sih, di luar negeri Facebook sudah populer lebih dulu. Tapi di Indonesia, sekitar tahun itu facebook baru menjadi candu bagi orang banyak. Orang – orang mulai meninggalkan FS, dan beralih ke FB. Sekarang, siapa sih yang gak punya FB? Saya rasa hampir setiap orang punya account FB.
Perubahan yang paling mencengangkan akhir – akhir ini adalah banyaknya pengguna smartphone bernama Blackberry. Mungkin tahun 2010 kemarin merupakan tahun yang paling menguntungkan untuk para penjual handphone. Orang – orang berbondong – bondong membeli smartphone yang sedang menjadi tren itu. Saya sendiri heran. Kenapa hanya demi sebuah handphone, harus mengikuti tren sih? Jika memang pengguna BB itu hanya orang – orang tertentu saja (dalam arti lain, yang benar – benar memakai hanya untuk kebutuhan) saya mungkin bisa mengerti. Tapi, ternyata ini malah menjadi tren, sehingga pengguna BB itu menjadi menjamur di semua kalangan. Dari orang tua, hingga anak SD. Dari bos eksekutif, sampai tukang siomay.
Memang, itu adalah hak semua orang dalam memilih apa yang mereka sukai, apa yang mereka gunakan. Tapi kadang saya merasa prihatin, kadang masyarakat tidak tahu betul apa arti sebenarnya dari tren yang ada. Apa kegunaannya. Apa dampak negatifnya. Seperti yang sudah saya bahas di postingan saya sebelumnya. Bagaimana orang – orang terkena dampak negatif dari sebuah tren “facebook”. Lalu sekarang, bagaimana dampak negatif dari penggunaan BB. Mungkin masih ingat berita menghebohkan waktu lalu, bagaimana pemerintah ingin memblokir jaringan BB di Indonesia karena banyaknya akses situs porno melalui perangkat blackberry? Jadi apa yang bisa kita ambil dari sini? Hal ini membuktikan, bagaimana masyarakat Indonesia belum sadar betul atas kegunaan, kekurangan, dan dampak negatif dari teknologi tersebut. Hanya mengikuti tren, yang penting gue keren. Tapi teknologinya di salah gunakan. Itu kan lucu.
Oke, kembali lagi ke masalah tren. Hal yang sudah mulai kelihatan akan menjadi tren saat ini adalah beredarnya sebuah perangkat yang setara dengan PC, berbentuk kecil dengan teknologi layar sentuh, mudah dibawa kemana – mana, dan hebatnya, bisa digunakan sebagai handphone juga. Yak, benar. Jika bayangan anda adalah iPad, atau Galaxy Tab,Black Pad(by RIM) dan beberapa merek lainnya. Hal ini mungkin masih belum menjamur di Indonesia. Karena mungkin harganya yang masih relatif mahal. Jadi belum semua orang mampu untuk membelinya.
Tapi 5 tahun ke depan? Saya rasa dengan budaya “latah” di Indonesia, perangkat – perangkat itu sudah tidak akan asing lagi. Terlebih 5 tahun ke depan tentu saja harganya menjadi semakin terjangkau. Sama saja seperti hal penjualan Laptop. Bagaimana dulu Laptop dikatakan sebagai barang yang “exclusive” dan “expensive” tapi seiring berjalannya waktu dan kebutuhan, harga – harga pun menjadi turun, sehingga kini hampir setiap orang memilih menggunakan laptop daripada PC. Hal yang sama akan terjadi pada penjualan si ‘tablet PC’ ini. Mungkin 5 tahun ke depan, orang sudah agak ribet dengan membawa – bawa laptop yang memang cukup berat. Jadi lebih memilih membawa si tablet pc itu tadi yang memang kecil dan ringan. Dan tentu saja, teknologi yang dipakai setara dengan laptop. Atau tidak menutup kemungkinan, perangkat ini digunakan sebagai pencatat menu makanan di restoran – restoran sebagai pengganti PDA.
Jadi kesimpulannya, mungkin perubahan yang paling spektakuler 5 tahun ke depan adalah, menjamurnya penggunaan tablet pc di seluruh kalangan masyarakat. Selain kecil, praktis, perangkat ini memang sudah “canggih” dari segi teknologinya. Tapi saya rasa, kurang dari 5 tahun, perubahan ini akan tercapai. Mengingat betapa “solidaritas” nya masyarakat kita dalam mengikuti tren. Hehe..
No comments:
Post a Comment